Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Juni 08, 2010

Tes Sidik Jari Masih Mahal

Juni 08, 2010

Tes Sidik Jari Masih Mahal

Ditulis oleh Fisiognomi di/pada 14 Mei 2010

Setiap orang/orang tua tentu ingin dirinya atau anaknya berprestasi di berbagai bidang atau bidang tertentu, walau terkadang masing-masing orang memiliki persepsi yang berbeda tentang prestasi. Namun demikian, ada sedikit persamaan tentang prestasi, yakni prestasi adalah perwujudan optimal dari suatu potensi diri seseorang. Prestasi merupakan puncak dari suatu perubahan perilaku. Prestasi adalah sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan bagi yang mampu meraihnya. Prestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada level di atas rata-rata.

Dalam proses ini ditengarai bahwa bakat yang menurut ”orang-orang kebanyakan” (ilmuwan dan orang awam) merupakan bekal paten yang telah disertakan oleh Tuhan Yang Mahaesa kepada setiap manusia, menjadi faktor penting dalam pencapaian prestasi. Bakat yang telah diketahui sejak awal diduga menjadi modal utama dalam menggapai prestasi puncak seseorang. Meski demikian, tidak semua orang/orangtua dapat mengetahui bakat yang dimiliki dirinya atau anaknya dengan baik meski berbagai upaya telah dilakukan.

Untuk menambah khasanah mengenai cara mendeteksi bakat sejak dini tersebut, Psychology Study Club (PSC) FPSB UII mengadakan talkshow yang membahas tentang sebuah bakat dan penemuan teknologi baru berlabel “Dermatoglyphics Multiple Intelligence (DMI)”. Alat berteknologi canggih berbasis statistik dan pemrograman di bawah lisensi Brainy Lab. PTE. LTD. Singapore, Comcare Group Singapore ini, disebut-sebut mampu menjadi sebuah alat bantu untuk mendeteksi bakat atau membaca peta potensi diri melalui sidik jari (fingerprints) seseorang dalam waktu yang relatif singkat dengan akurasi hingga mencapai 90%. Hadir sebagai pembicara dalam talkshow yang diselenggarakan pada hari Ahad, 3 Mei 2009 di Auditorium FPSB UII itu, seorang Staf Ahli Primagama sekaligus Direktur DMI Primagama, Drs. H. Teguh Sunaryo dan seorang dosen muda FPSB UII, Resnia Novitasari, S.Psi. serta Nur Widiasmara sebagai moderator.

Sebagai pemateri pertama, Resnia Novitasari, S.Psi membahas tentang Anak Berbakat Istimewa (Gifted Children). Berbagai pandangan dan pendapat para tokoh yang berkompeten dengan bakat seseorang disampaikan olehnya. Ada 10 atribut yang dimiliki oleh anak berbakat istimewa, yakni motivasi yang tinggi untuk belajar, memiliki ekspresi yang tinggi dan efektif dalam penggunaan kata-kata, angka-angka dan simbol, memiliki perhatian yang intens terhadap sesuatu (kadang di luar dugaan), memiliki gagasan dengan orisinalitas yang tinggi, memiliki kemampuan menyimpan informasi yang baik dan banyak, memiliki keinginan mencari tahu dengan bertanya, eksperimen dan eksplorasi, memiliki kecepatan dalam menangkap konsep baru dan membuat koneksi (memaknai sesuatu lebih mendalam), memiliki pendekatan logis untuk mencari solusi, memiliki daya humor yang tinggi, serta memiliki strategi efektif untuk mengatasi masalah.

“Di zaman dulu, kehadiran USG (Ultra Sono Grafi) bagi sebagian besar dokter kandungan masih dianggap kurang menarik atau dipandang sebelah mata. Namun demikian, kenyataan saat ini yang ada adalah bahwa hampir setiap dokter atau rumah sakit bersalin memiliki alat bantu yang bernama USG tersebut. Saya juga berharap demikian dengan DMI ini. Saya berharap agar nantinya alat ini mampu membantu para sarjana psikologi untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaannya”, ungkap Teguh Sunaryo saat mengawali ceramahnya.

Selanjutnya, pria asal Yogyakarta yang berencana mencalonkan diri sebagai Presiden RI pada tahun 2014 mendatang, menyampaikan informasi seputar tes bakat dengan menggunakan DMI. Dituturkan bahwasanya cara melakukan tes bakat dengan DMI sangatlah sederhana, yakni dengan men-scan jari-jari tangan mulai dari sisi kanan, tengah, dan kiri dengan durasi waktu sepuluh menit untuk setiap pen-scan-an jari. ”Alat ini memudahkan dalam mengetahui bakat yang menonjol pada diri seseorang secara komputer dengan cepat dan tepat. Jadi, tidak membutuhkan waktu yang cukup lama seperti tes bakat pada umumnya. Jika bakat yang menonjol telah diketahui, maka perlu diasah lebih serius agar dapat lebih berkembang. Yang menarik lagi adalah bahwa tes DMI ini tidak dipengaruhi oleh kondisi psikis seseorang (sedang sedih, marah, senang, dsb) serta hasilnya berlaku untuk seumur hidup,” tambahnya.

Menurut Teguh Sunaryo, output/hasil olahan DMI yang bisa diaplikasikan untuk anak usia balita, playgroup, taman kanak-kanak hingga orang dewasa tersebut di antaranya adalah yang berhubungan dengan Dua Talenta Adversity (Karsa) yang meliputi Otak Kanan (Pengusaha/ Pembuat Produk/Pencipta Jasa) dan Otak Kiri (Pegawai/Penikmat Produk/Pengguna Jasa). Selain itu, Delapan Talenta Multiple Intelligence (Cipta – Rasa) yang berhubungan dengan Logic Mathematic, Linguistic, Intrapersonal, Interpersonal, Visual Spatial, Bodily Kinesthetic, Musical, Naturalist juga mampu dideteksi disertai penjelasan dan pengembangannya. Hasil lain yang bisa diperoleh adalah terkait dengan gaya belajar yang tepat untuk meningkatkan kemampuan yang ada, serta kepekaan belajar dan karakteristiknya.

Saat ditanya oleh seorang peserta mengenai ada tidaknya hubungan antara sidik jari kaki dan tangan, Teguh mengatakan bahwasanya sidik jari dan tangan memang memiliki kesamaan. Bedanya, sidik jari kaki berpotensi memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi di banding sidik jari tangan.

Sebagai tambahan informasi bahwa untuk dapat menikmati teknologi canggih ini, Anda harus mengeluarkan dana yang lumayan besar antara Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta sekali tes.

(fpscs.uii.ac.id)

0 komentar: