Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Maret 28, 2011

MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Maret 28, 2011
Pertanyaan :
Jika perusahaan di mana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan pembuat SISIR, memberi tugas untuk menjual sisir pada para biksu di vihara (yang pasti semua kepalanya gundul). Bisakah anda melakukannya ?
Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk meilhat apakah anda termasuk orang yang berjiwa sukses atau tidak.
  1. Tidak mungkin, itu mustahil !
  2. Gile juga nih !
  3. Saya akan mencoba sekali untuk melaksanakan instruksi bos saya.
  4. Baiklah, saya akan coba.
  5. Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih, sebutkanlah jumlahnya).



Ada sebuah perusahaan pembuat sisir yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga Management ingin merekrut seorang Sales Manager yang baru.
Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan. Jika dihitung jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.
Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir. Tugasnya adalah : Menjual sisir sebanyak - banyaknya pada para biksu di vihara.
Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini, yakni Mr. A, Mr. B, Mr. C.
Pimpinan pewawancara memberi tugas : "Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di vihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."
Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.
Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
"Para biksu di vihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."
Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah vihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."
Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. B menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah vihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana. Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan vihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di vihara itu. Biksu pimpinan vihara itu sangat senang dan langsung memesan 1.000 buah sisir!"
MORAL DARI CERITA
Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :
  1. 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.
  2. SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan.
Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita menghadapi masalah.
Dalai Lama biasa berkata : "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk menyelesaikan semua masalah."
"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegang teguh pada harapan. Ini karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan mantap, berdiri teguh - di mana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak diharapkan adalah hal yang akan mengubah hidup kita." Meredith Grey, Grey's Anatomy - Season 3

0 komentar: