Jakarta, Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala awal kanker kolorektal (kanker usus besar). Padahal tanda-tanda itu bisa dilihat dari kebiasaan buang air besar yang tidak normal.
Diare atau sembelit biasanya hanya dianggap sebagai efek dari salah makan yang bila diobati dengan obat pencahar akan segera sembuh. Begitu juga feses atau kotoran yang berdarah sering diduga hanya ambein saja.
Kanker usus besar atau kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar atau rektum. Kanker kolorektal merupakan jenis penyakit ganas yang paling dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Dr dr Andhika Rachman, SpPD menjelaskan gejala-gejala kanker kolorektal pada stadium dini sering diabaikan. Sehingga bila si pasien sudah merasa sakit dan dibawa ke rumah sakit, kanker kolorektal sudah mencapai stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan.
"Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala awal kanker kolorektal," kata Dr dr Andhika Rachman, SpPD, dokter ahli kanker dalam acara seminar Penatalaksanaan Kanker Kolorektal di Indonesia, di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Senin (29/3/2010).
Kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.
Polip dapat diangkat dengan mudah namun seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Gejala-gejala kanker besar yang sering dianggap biasa antara lain:
"Sebaiknya Anda melihat keadaan feses setiap kali buang air besar, karena hal ini dapat mendeteksi dini adanya gejala kanker kolorektal," kata dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo ini.
Menurutnya, kanker kolorektal masih besar kemungkinan sembuh bila masih berada di stadium awal. Stadium I kemungkinan sembuh 85-95 persen, stadium II 60-80 persen, stadium III 30-60 persen, dan hanya 5 persen saja kemungkinan sembuh untuk penderita stadium IV.
Pilihan pengobatan yang biasa dilakukan tergantung pada stadium, posisi dan ukuran tumor serta penyebarannya, yaitu:
1. Pembedahan atau operasi
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat diobati. Biasanya dilakukan pada pasien stadium awal.
2. Radioterapi atau radiasi
Tergantung pada letak dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tersisa.
3. Kemoterapi
Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine, kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia. Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.
4. Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy)
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklomal. antibodi monoklomal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklomal adalah Bevacizumab, yang bekerja dengan cara menghambat pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor dan mematikannya.
Namun, sebelum usus besar terserang kanker, sebaiknya dilakukan pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan antara lain:
Diare atau sembelit biasanya hanya dianggap sebagai efek dari salah makan yang bila diobati dengan obat pencahar akan segera sembuh. Begitu juga feses atau kotoran yang berdarah sering diduga hanya ambein saja.
Kanker usus besar atau kolorektal adalah kanker yang tumbuh pada usus besar atau rektum. Kanker kolorektal merupakan jenis penyakit ganas yang paling dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Dr dr Andhika Rachman, SpPD menjelaskan gejala-gejala kanker kolorektal pada stadium dini sering diabaikan. Sehingga bila si pasien sudah merasa sakit dan dibawa ke rumah sakit, kanker kolorektal sudah mencapai stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan.
"Kebanyakan orang tidak menyadari gejala-gejala awal kanker kolorektal," kata Dr dr Andhika Rachman, SpPD, dokter ahli kanker dalam acara seminar Penatalaksanaan Kanker Kolorektal di Indonesia, di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Senin (29/3/2010).
Kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip.
Polip dapat diangkat dengan mudah namun seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Gejala-gejala kanker besar yang sering dianggap biasa antara lain:
- Perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi dan konsistensi buang air besar (diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas
- Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Rasa sakit di perut atau bagian belakang
- Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar
- Anemia dan tampak pucat
- Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa gejala seperti kesakitan, sembelit, sulit buang air besar dan rasa kembung di perut.
"Sebaiknya Anda melihat keadaan feses setiap kali buang air besar, karena hal ini dapat mendeteksi dini adanya gejala kanker kolorektal," kata dokter yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo ini.
Menurutnya, kanker kolorektal masih besar kemungkinan sembuh bila masih berada di stadium awal. Stadium I kemungkinan sembuh 85-95 persen, stadium II 60-80 persen, stadium III 30-60 persen, dan hanya 5 persen saja kemungkinan sembuh untuk penderita stadium IV.
Pilihan pengobatan yang biasa dilakukan tergantung pada stadium, posisi dan ukuran tumor serta penyebarannya, yaitu:
1. Pembedahan atau operasi
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat diobati. Biasanya dilakukan pada pasien stadium awal.
2. Radioterapi atau radiasi
Tergantung pada letak dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin masih tersisa.
3. Kemoterapi
Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak digunakan adalah Capecitabine, kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di dunia. Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.
4. Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy)
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklomal. antibodi monoklomal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklomal adalah Bevacizumab, yang bekerja dengan cara menghambat pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil ukuran tumor dan mematikannya.
Namun, sebelum usus besar terserang kanker, sebaiknya dilakukan pencegahan sedini mungkin. Pencegahan yang dilakukan antara lain:
- Dengan pola makan yang baik, yaitu mengonsumsi makanan tingi serat dan tinggi protein, mengurangi konsumsi daging merah dan lemak jenuh yang berasal dari hewani, makanan berpengawet, penyedap (MSG), alkohol dan rokok. Perbanyak makan sayur dan buah, kecuali nangka, durian, nanas, acar (asam) karena makanan tersebut tidak baik untuk pencernaan.
- Melakukan aktifitas fisik secara rutin dan olahraga
- Menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
0 komentar:
Posting Komentar